Ubuntu, cd gratis dan pendapatku terhadap pendidikan indonesia

Setelah lama tidak memeriksa apapun dari komunitas Linux, aku kaget melihat Mandriva (dulunya Mandrake), keluar dari nomer satu urutan Linux yang sering didownload.
Masuk ke dalam situsnya, aku mendapat kesan bahwa Ubuntu memang disediakan gratis, tanpa harus membayar, tidak seperti Mandriva. Mereka bahkan menawarkan cd Ubuntu gratis. Ini yang membuatku khawatir. Aku sendiri suka dengan sikap memberikan iso linux dengan gratis dengan hanya menerima cd kosong seperti yang aku lakukan di ilmukomputer, tapi kalau mengirimkan cd linux, apalagi sampai 10 buah, kemudian membayar ongkos kirimnya, itu berarti aku mengeluarkan uang dan sama sekali tidak mendapatkan uang. That's how you lose a company. Cara ini membuatku khawatir dengan masa depan Ubuntu, padahal aku ingin distro gratis maju terus.
Aku tidak suka cara itu. Caraku adalah aku sudah memburn cd ku, lalu menukarkannya dengan cd kosong dengan siapa saja. Aku mendorong orang tersebut untuk memberikan 2 cd untuk 1 cd yang kuberikan, karena aku ingin dapat memberikan cd gratis pada orang yang yang memang tidak mampu untuk membeli cd kosong (yang mana nggak mungkiiin banget), aku sudah menyumbangkan cd writer. Selama aku memberikan cd gratis ilmukomputer, aku belum pernah menemukan sikap yang sama dari orang-orang yang menerima cd dariku.
Bahkan dosen ilmu komputer Universitas Indonesia saja masih hutang cd dan belum bayar sampai sekarang, padahal dia seharusnya bisa ngambil sendiri, salah satu mirror ilmu komputer di fasilkom. Hal ini membuatku sedikit pesimis dengan orang-orang yang pernah kutemui. Aku rasa mereka tidak begitu peduli dan tidak memiliki keinginan untuk berbagi ilmu ataupun informasi. Mereka cuma pengen sesuatu yang gratis, bahkan kalau bisa tidak perlu mengeluarkan apa-apa (seperti si dosen itu, walaupun aku rasa dia lupa, tapi itu hanya menunjukkan rendahnya rasa tanggung jawabnya pada sesuatu yang gratis). Moga-moga aku salah.
Selain dari orang-orang itu, aku juga bertemu dengan orang-orang yang sangat concern dengan menyebarkan informasi seluas mungkin ke daerah yang sangat remote di Indonesia. Pada orang-orang inilah aku dapat membayangkan hal itu terjadi. Aku masih mencari caraku sendiri untuk menyebarkan informasi seluas mungkin, pada pendidikan. Aku iri pada pengusaha IT India yang berhasil di Amerika, membuka sekolah IT di India dan menarik kontrak IT ke India. Aku yakin di Jakarta dan Bandung banyak bertumbuhan software house kecil yang bertaraf internasional, hal ini membuatku berfikir bahwa fokus pada pendidikan untuk masa depan akan memberikan outcome yang positif, karena kita sebagai sumber daya mampu. Memang, aku ingin berhasil dan hidup makmur, tapi selain itu, aku ingin orang-orang Indonesia juga berhasil dan hidup makmur, dan aku ingin menyumbangkan tenagaku ke arah itu.

Comments